Nomor Katalog | : | 4102002.3371 |
Nomor Publikasi | : | 33710.2105 |
ISSN/ISBN | : | 978-623-95690-2-0 |
Frekuensi Terbit | : | Tahunan |
Tanggal Rilis | : | 1 Juni 2021 |
Bahasa | : | Indonesia |
Ukuran File | : | 2.63 MB |
Abstraksi
Konsep pembangunan manusia mencakup semua dimensi dasar yang dimiliki oleh manusia. Namun, ide dasar dari konsep pembangunan manusia pada intinya cukup sederhana, yaitu menciptakan pertumbuhan positif dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lingkungan, serta perubahan dalam kesejahteraan manusia. Sejalan konsep tersebut, UNDP dalam Human Development Report (2016) lebih memaknai pembangunan manusia sebagai segala sesuatu yang terkait dengan manusia, kebebasannya dalam memilih, kemampuan untuk memperluas pilihan-pilhannya, serta keleluasaan untuk meningkatkan kemampuannya.UNDP menyatakan bahwa konsep pembangunan manusia pada dasarnya dapat diukur dengan menggunakan pendekatan tiga dimensi dasar manusia, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan standar hidup yang layak. Ketiga dimensi tersebut selanjutnya terangkum dalam suatu indeks komposit, yang disebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM diumumkan secara resmi oleh UNDP pada 1990.Sampai dengan 2016, UNDP telah beberapa kali melakukan revisi metode penghitungan IPM. Revisi yang cukup besar dilakukan pada tahun 2010. UNDP menyebut revisi itu dengan era baru pembangunan manusia. Pada 2010, UNDP melakukan penyempurnaan dengan tetap menggunakan tiga dimensi yang sama, namun menggunakan indikator dan metode agregasi yang berbeda. Dimensi umur panjang dan sehat diwakili oleh indikator usia harapan hidup saat lahir. Dimensi pengetahuan diwakili oleh indikator harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Sementara itu, dimensi standar hidup layak diwakili oleh pengeluaran per kapita.Secara umum, pembangunan manusia di Kota Magelang mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan dari nilai IPM yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama kurun waktu 2010 - 2020, IPM Kota Magelang mengalami peningkatan dari 73,99 menjadi 78,99. Angka ini melampaui angka IPM, baik pada tingkat provinsi maupun nasional.Selama 2010—2020, IPM Kota Magelang menunjukkan pertumbuhan yang cukup, status pembangunan manusia di Kota Magelang masih stagnan, hingga saat ini, pembangunan manusia di Kota Magelang berstatus “sedang” dan belum berubah sejak 2010. Sementara itu, jika dilihat menurut keterbandingan antarwilayah se-Provinsi Jawa Tengah, capaian IPM Kota Magelang menempati peringkat ke-4. Sepanjang tahun 2012—2020 itu pula, capaian IPM Kota Magelang berada di bawah capaian IPM Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan pembangunan di Kota Magelang masih di bawah kemajuan pembangunan di Jawa Tengah pada umumnya.Pada 2020, Angka Harapan Hidup saat lahir di Kota Magelang sebesar 76,85 tahun, meningkat 0,46 poin dibandingkan kondisi 2010. Sementara itu, selama kurun waktu 2010—2020, Harapan Lama Sekolah (HLS) menunjukkan tren yang terus meningkat. Sampai dengan 2020, HLS Kota Magelang mencapai 14,14 tahun. Angka ini meningkat 1,92 poin jika dibandingkan kondisi 2010.Selanjutnya, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) tahun 2020 di Kota Magelang naik 0,31 poin dibandingkan kondisi RLS 10 tahun yang lalu, menjadi 10,39 tahun. Seiring dengan peningkatan indikator-indikator sebelumnya, kemampuan daya beli masyarakat Kota Magelang, yang diukur dari pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan juga mengalami peningkatan. Tercatat pengeluaran per kapita per tahun di Kota Magelang pada 2020, adalah sebesar 12.21 juta rupiah, naik 26,12 persen dibandingkan 2010, yang hanya 9.68 juta rupiah.Pada cakupan antardimensi, ketimpangan juga masih terjadi. Hal ini tergambar dari capaian antardimensi yang belum merata. Dimensi kesehatan masih menjadi penyumbang tertinggi pembangunan manusia di Kota Magelang, diikuti dimensi standar hidup layak dan dimensi pengetahuan. Di sisi lain, capaian dimensi pengetahuan masih belum optimal sehingga membuka ruang ketimpangan antardimensi. Meskipun demikian, ketimpangan antardimensi menunjukkan kecenderungan yang semakin mengecil setiap tahun. Hal ini tentu menjadi sinyal baik untuk mencapai pembangunan yang lebih merata. Dengan strategi pembangunan yang holistik, ketimpangan antar dimensi diharapkan akan terus mengecil.